SEJARAH KEMERDEKAAN
Latar
belakang terjadinya kemerdekaan
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun [1942],
bahwa Pihak Sekutu di Perang Dunia II|negara-negara sekutu bersepakat untuk
mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya
masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Menjelang akhir Perang Dunia II|perang , tahun
[1945], sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara Pihak Sekutu di
Perang Dunia II|sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya
di Makasar dan Banjarmasin, sedangkan Balikpapan telah diduduki oleh Australia
sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah. Sementara Pulau Morotai dan Irian
Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat
di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan Asia
Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC).
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung
jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai
Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South East Asia Command)
bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan
Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi
Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentera Jepang dan mengurus
pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied
Prisoners of War and Internees/RAPWI).
Mendaratnya
Belanda diwakili NICA
Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus
1945 Inggris bersama tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September
1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Charles
van der Plas|Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Pihak Sekutu di
Perang Dunia II|Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA
(Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda)
yang dipimpin oleh Hubertus J van Mook|Dr. Hubertus J van Mook, ia dipersiapkan
untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun
1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan
bahwa ia tidak akan berbicara dengan Soekarno yang dianggapnya telah bekerja
sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian hari
akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya ialah Kerajaan
Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.
Pertempuran melawan Sekutu dan NICA
Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat
masuknya Sekutu dan NICA ke Indonesia, yang saat itu baru Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia|menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di
antaranya adalah:
·
Peristiwa 10 November, di daerah Kota
Surabaya|Surabaya dan sekitarnya.
·
Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa,
Semarang dan sekitarnya.
·
Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman,
meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur
·
Bandung Lautan Api, di daerah Bandung
dan sekitarnya.
·
Pertempuran Medan Area, di daerah Kota
Medan|Medan dan sekitarnya.
·
Pertempuran Margarana, di Bali
·
Serangan Umum 1 Maret 1949, di
Yogyakarta
·
Pertempuran Lima Hari Lima Malam, di
Palembang